KIMIABLASS

Unsur – unsur yang ditemukan pada awalnya diberi nama sesuai dengan sifat – sifatnya atau tempat ditemukannya. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, unsure – unsure baru mulai ditemukan (disintetis). Sesuai kesepakatan, unsur – unsure baru yang ditemukan (disintesis)) diberi nama dengan nama penemunya (orang/kelompok yang pertama kali menyintesis/menemukan). Disinilah kontroversi mulai muncul, yaitu apabilla terdapat beberapa kelompok (laboraturium ) yang mengaku menemukan unsur yang sama. Masing – masing pihak biasanya mengklaim berhak atas nama unsure tersebut.


Kontroversi terbesar terjadi pada nama unsure 104 sampai 109. Terdapat empat kelompok (tim) yang terlibat dalam perdebatan tentang nama unsure tersebut, yaitu :
- Tim Amerika di Lawrence Berkeley Laboratory.
- Tim Rusia di join Institute for Nuclear Reseacrh.Dubna .
- Tim Jerman di the gesellschaft for Schwerionenforschung (GSI),Darmstadt.
- Komisi IUPAC bidang Tata Nama Kimia Anorganik yang menyampaikan usulannya si Sidang Umum IUPAC.

Nama – nama unsur yang diusulkan oleh tim Amerika adalah :
104 = rutherfordium
105 = hahnium
106 = seaborgium

Nama – nama unsure yang diusulkan oleh tim Rusia adalah :
104 = kurchatovium
105 = nielsbohrium

Nama – nama unsure yang diusulkan tim Jerman adalah :
107 = nielsbohrium
108 = hassium
109 = meiitnerium

Pada tahun 1994, Komisi IUPAC bidang Tata Nama Kimia Anorganik mengusulkan nama – nama berikut :
104 = dubnium
105 = joliotium
106 = rutherfordium
107 = bohrium
108 = hahnium
109 = meitnerium
Akhirnya,dalam Sidang Umum IUPAC ke-39 tahun 1997 disetujui nama – nama berikut :
104 = rutherfordium
105 = dubnium
106 = seaborgium
107 = bohrium
108 = hassium
109 = meitnerium
Meskipun sudah disetujui, nama unsur 105 (dubnium) masih belum diterima sepenuhnya oleh tim Berkeley (Amerika). Beberapa orang di tim Berkeley dan tim lain masih lebih suka menggunakan nama hahnium untuk unsur 105.

Sumber : en.wikipedia.org/wiki/Element_naming_controversy