Posted by : #rakmutublas Senin, 19 September 2011



***

Kasih ibu, kepada beta
tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi, tak harap kembali,
Bagai sang surya, menyinari dunia
(Lirik Lagu Kasih Ibu)

***

Kisah ini saya dengarkan sekilas dari taklim Ustad Yusuf Mansur setelah subuh dalam acara Nikmatnya Sedekah di MNCTV. Kisah itu saya tulis kembali dengan tajuk “Kasih Ibu”. Sungguh, menurut saya, kisah ini merupakan kisah ilustratif yang sangat luar biasa. Kisah ini menceritakan tentang betapa besarnya kasih ibu kepada anaknya, meski Si Anak telah berbuat durhaka. Kasih ibu kepada anaknya benar-benar ibarat kasih Sang Surya kepada manusia, yang selalu memberi, dan tak harap kembali.

Kisah Si Malin Kundang

Berbeda dengan kisah Kasih Ibu ini, kisah Si Malin Kundang dari Sumatera Barat adalah kisah tentang kedurhakaan Si Anak kepada Ibunya. Karena kedurhakaannya, Si Maling Kundang telah disumpah menjadi batu oleh Sang Bunda. Tentu saja, Sang Bunda sesungguhnya tidak ingin Si Anak menjadi batu. Hanya karena kedurhakaannyalah, maka Si Anak menjadi batu. Sementara kisah Kasih Ibu menceritakan kisah kasih Bunda yang tak terhingga, sepanjang massa dari Sang Bunda kepada Si Anak. Sang Bunda benar-benar hanya memberi, dan tak harap kembali. Beginilah kisahnya.

Ada seorang Si Anak yang juga durhaka kepada Sang Bunda. Bahkan anak durhaka ini sampai tega membunuh Sang Bunda, dengan sebilah pisau di tangan Si Anak durhaka sendiri. Bahkan, dengan tangannya sendiri pulalah jantung hati ibunya diambilnya. Astagafirullah. Tumpahan darah Sang Bunda pun berceceran membasahi tangan Si Anak durhaka. Supaya tidak diketahui orang lain, maka si anak pun lari membawa jantung-hati Sang Bunda pergi ke tempat tertentu. Maka jatuhlah Si Anak durhaka ini di jalan setapak menanjak yang dilaluinya. Subhanallah, jantung-hati Sang Bunda pun ternyata dapat bicara. ”Hati-hati anakku, jangan berlari. Tidak kenapa-kenapakah anakku?”.

Kasih Ibu Sepanjang Massa

Si Anak durhaka pun kaget bukan kepalang. Sang Bunda yang sudah dalam bentuk jantung-hati yang berlumuran darah itu masih menasihati Si Anak durhaka. Allahu Akbar. Dalam hatinya Si Anak durhaka merasakan kelembutan hati Sang Bunda. Sang Bunda masih tetap memberinya kasih kepada Si Anak, meski Si Anak durhaka telah menghabisi nyawanya, dan bahkan merobek untuk diambil jantung-hatinya, dan bahkan akan dibuang ke tempat tertentu. Kasih Ibu tak terhingga.

Dalam kisah ini, diceritakan bahwa Si Anak durhaka kemudian ingin bertobat, karena kisah-kisah yang dialaminya selama membawa lari jantung-hati Sang Bunda. Tobatnya ingin diwujudkan dengan keinginan kuat untuk membunuh dirinya sendiri dengan pisau yang digunakan untuk menghabisi nyawa Sang Bunda. Maka, segera diambillah pisau tajam itu. Pisau tajam mengkilat inilah yang akan digunakan untuk membunuh dirinya sendiri. Maka diarahkannyalah ujung pisau yang tajam ke dadanya. Serta merta jantung-hati Sang Bunda yang tergeletak di tanah berteriak dengan nyaring, ”Anakku, janganlah kau bunuh aku dua kali” ”Sudah kau bunuh Ibumu, dan kini akan kau bunuh lagi anak yang dikasihinya”.

Akhir Kata

Inilah akhir cerita pilu tentang kasih ibu. Kematian Sang Bunda oleh Si Anak durhaka tidak mengurangi sedikit pun kasihnya kepada Si Anak durhaka itu. Bahkan ketika Sang Bunda sudah dalam bentuk jantung-hati yang kerkoyak-koyak pun, Sang Bunda masih menunjukkan kasihnya kepada Si Anak durhaka, yakni ketika Si Anak durhaka telah terjatuh dalam larinya. Bahkan ketika Sang Anak akan membunuh diri untuk menebus dosanya, Sang Bunda masih juga menunjukkan kasihnya agar Si Anak tidak melakukan kesalahan dua kali, yaitu membunuh Bunda dan diri Si Anak durhaka sendiri, karena Si Anak adalah bagian dari Sang Bunda juga. Wallahu alam bishawab.

*) www.suparlan.com; e-mail: me [at] suparlan [dot] com Jakarta, 6 Mei 2011KASIH IBU

Oleh Suparlan *)

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Popular Post

About

Blogroll

- Copyright © KIMIABLASS -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -